Posted in

Warisan yang Membisu

Warisan yang Membisu
Warisan yang Membisu

Ayla, perempuan 33 tahun dengan masa lalu kelam yang hanya ia simpan untuk dirinya sendiri, tengah bersiap menikah dengan pria yang sangat mencintainya, Tama. Rencana mereka adalah menikah akhir tahun ini. Namun di balik rencana bahagia itu, Ayla dihantui pertanyaan besar: siapa sebenarnya ayah kandungku?

Ayla adalah anak pertama dari pasangan Mira dan Dimas. Mereka menikah saat masih sangat muda—Mira 19 tahun, Dimas 20. Setelah menikah, mereka tinggal di rumah keluarga Dimas bersama ayahnya, Pak Wiryo, dan adik Dimas yang masih remaja, Reza. Kakak perempuan Dimas, Niken, sudah menikah dan tinggal di rumah mertuanya.

Setelah setahun menikah, Dimas ditawari kerja di kapal. Sebelum berangkat, Mira diketahui hamil. Namun seminggu setelah kepergian Dimas, Mira mengalami keguguran. Di rumah, hanya Pak Wiryo yang tahu. Ia yang merawat menantunya, hingga kedekatan mereka tumbuh menjadi hubungan terlarang.

Tak lama, Mira kembali hamil. Karena Dimas tak tahu Mira pernah keguguran, mereka sepakat menganggap kehamilan itu adalah hasil hubungan suami-istri sebelum Dimas berangkat. Maka lahirlah Ayla, dibesarkan dalam bayang-bayang rahasia besar.

Dimas, yang terus bekerja di kapal, pulang tiap enam bulan. Ia membangun rumah, membeli tanah, mencukupi semua kebutuhan keluarganya. Tapi Ayla, sejak kecil, menyaksikan banyak hal yang tak seharusnya dilihat seorang anak: kemesraan ibunya dengan kakeknya, Pak Wiryo. Bahkan di usia SD, ia pernah menyaksikan keduanya berhubungan.

Saat Ayla berusia dua tahun, Mira kembali melahirkan. Anak perempuan yang diberi nama Kania. Mira kemudian memiliki dua anak lagi, Oki dan Putri. Mereka hidup dengan cukup, berkat kerja keras Dimas. Namun hati Ayla makin hancur seiring tumbuhnya kesadaran akan apa yang terjadi di rumah itu.

Saat Ayla SMA dan tinggal di Jakarta, Pak Wiryo meninggal. Ia diminta pulang oleh ibunya. Setelah pemakaman, Reza—adik Dimas—mengajak Ayla bicara empat mata.

“Kamu itu sebenernya anak bapakku, kan? Aku tahu Mira dulu keguguran. Tapi tiba-tiba hamil lagi, padahal Mas Dimas masih di laut. Aku sering ngintip mereka di rumah waktu kecil…” ucap Reza tanpa ragu.

Pengakuan itu memukul Ayla. Ternyata bukan hanya ia yang tahu, Reza pun tahu, bahkan katanya pernah mengajak teman-temannya mengintip saat Mira dan Pak Wiryo bersama.

Tak lama kemudian, saat ibunya menginap di kosannya, Mira dengan entengnya berkata, “Ayla, kamu bukan anak kandung ayahmu.” Ia kira Ayla tak tahu apa-apa. Tapi Ayla tak bisa lagi menahan. Ia marah, menangis, dan mengungkap semuanya. Mira hanya bisa terdiam.

Masalah semakin rumit ketika wasiat Pak Wiryo muncul. Ia meninggalkan sebidang sawah luas untuk Ayla dan Kania. Namun Niken dan Reza menolak menjalankan wasiat itu. Mereka takut aib lama terbongkar. Sementara Dimas dan Kania justru ngotot agar warisan itu diberikan sebagaimana amanat almarhum.

Yang menyakitkan bagi Ayla adalah mendengar Dimas sering berkata di telepon:

“Ayah merasa bersalah ninggalin ibumu dulu. Dia setia nunggu, jaga rumah sendirian. Sekarang dia pikun, ayah cuma mau nebus semuanya dengan merawatnya.”

Dimas tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia menganggap Ayla sebagai anak kandungnya.

Kini Ayla terjebak di persimpangan:

  • Siapa wali nikahnya nanti?
  • Haruskah ia memberitahu Dimas kebenaran?
  • Kania bersikeras ingin hak warisnya, tapi jika tahu fakta ini, bisa jadi hatinya hancur.
  • Niken bahkan mengancam akan membuka semua rahasia pada Kania jika ia terus menuntut sawah.
  • Mira kini pikun berat, tak bisa jadi saksi.
  • Ayla dan Tama belum juga bercerita pada keluarga Tama tentang latar belakang Ayla.

Setelah saran dari psikolog dan sahabatnya, Ayla kini mempertimbangkan tes DNA—satu-satunya cara yang bisa memberi kepastian, setidaknya untuk Kania.


Penutup

Ayla menyadari: kebenaran memang menyakitkan, tapi diam bisa jauh lebih menyiksa. Ia belum tahu kapan akan bicara. Tapi suatu hari nanti, saat ia siap, ia tahu semua orang harus duduk satu meja, dan menghadapi kenyataan—tak peduli seburuk apa pun itu.


“Terkadang warisan paling berat bukanlah tanah atau harta. Tapi rahasia yang ditinggalkan dalam diam, dan luka yang diwariskan dalam tubuh anak-anak.”


Photo by Abeer Graphis on Unsplash