Posted in

Mimpi yang Membuka Segalanya

Mimpi yang Membuka Segalanya
Mimpi yang Membuka Segalanya

Di kota kecil yang tak pernah benar-benar tidur, tinggal seorang perempuan bernama Dina, ibu dua anak, istri dari seorang pengusaha sukses bernama Rayhan. Perusahaan Rayhan pernah berdiri kokoh, mempekerjakan lima belas orang, tampak seperti keluarga harmonis yang banyak orang iri padanya.

Tahun 2021, saat Dina sedang hamil satu bulan anak keduanya, malam itu ia merasa gelisah. Suaminya tertidur lelap, ponselnya tergeletak begitu saja di lantai kamar. Dina bukan tipe istri yang kepo. Tapi entah kenapa, malam itu, jarinya seperti digerakkan oleh sesuatu. Ia membuka WhatsApp Rayhan.

Dan dunia Dina runtuh.

Chat panjang, mesra, dan menjijikkan antara Rayhan dan seorang perempuan—Maya, mantan karyawannya sendiri. Tangannya gemetar, tubuhnya bergetar hebat. Anak dalam kandungannya baru saja tumbuh, namun hatinya baru saja terkoyak. Sesak, marah, hancur.

Rayhan menangis, memohon ampun. Dina yang kalut hampir saja ingin mengakhiri kehamilan itu. Namun akhirnya, ia memilih memaafkan. Tapi dengan satu syarat: Maya harus dipecat.

Rayhan menuruti. Maya keluar dari perusahaan. Dina berharap itu akhir segalanya.

Tapi ternyata, itu justru awal dari neraka empat tahun ke depan.


Bagian 2: Kejatuhan yang Berulang

Selama empat tahun, Rayhan dan Maya masih sering bertemu diam-diam. Beberapa kali ketahuan, dan setiap kali itu pula Dina memilih memaafkan demi anak-anaknya. Ia tahu bagaimana luka kehilangan sosok ayah bisa menghancurkan anak-anak. Ia tak ingin menjadi alasan itu.

Namun, yang membuat Dina paling hancur adalah ketika akhirnya ia tahu: hubungan mereka bukan sekadar selingkuh. Tapi sudah sampai menginap di hotel dan berhubungan layaknya suami istri.

Di tengah kehancuran rumah tangga, perusahaan Rayhan juga pelan-pelan ambruk. Karyawan dilepas satu per satu, hingga akhirnya ia hanya sendiri, tak ada lagi yang bisa digaji.

Dina menyaksikan semuanya—kejatuhan ekonomi, kejatuhan moral, kejatuhan kepercayaannya. Tapi ia tetap di sana, menemani, berusaha menjadi istri yang kuat, ibu yang stabil. Sementara Rayhan tetap memuja masjid dan anak-anak, ia ternyata menusuk dari belakang.


Bagian 3: Mimpi Sebagai Petunjuk

Satu bulan sebelum kisah ini ditulis, Dina sedang rajin-rajinnya mendekat kepada Tuhan. Sholat tepat waktu, tahajud, dhuha, tilawah. Di tengah ketenangan spiritual itu, Allah memberikan petunjuk dalam mimpi. Mimpi itu datang berkali-kali. Dina melihat Rayhan bersama perempuan lain. Ia terbangun dengan hati penuh tanya.

Dua hari setelah mimpi itu, Dina diberi kesempatan untuk membuka ponsel Rayhan tanpa sengaja—pasword yang ia coba asal-asalan ternyata benar. WA Rayhan terbuka. Dan di sana… ia menemukan semua yang selama ini ia takutkan.

Pesan-pesan cabul. Janji temu. Tanggal check-in hotel. Semua terekam.

Dan yang paling menyakitkan… pada hari ketika anak kedua mereka jatuh sakit, Dina menghubungi Rayhan, berharap dia pulang. Tapi Rayhan memilih tetap bersama Maya di penginapan. Jawabannya singkat: “Nanti juga sembuh.”

Itu lebih tajam dari sembilu.


Bagian 4: Luka yang Tak Terlihat

Di balik wajah ramah Rayhan dan tutur lembut Maya yang katanya “menghormati rumah tangga orang”, tersimpan pengkhianatan yang membunuh batin Dina perlahan.

Dina pernah mencoba bertanya baik-baik kepada Maya, berharap ada jawaban jujur. Tapi perempuan itu pandai bersilat lidah, bahkan menyarankan agar Dina dan Rayhan segera bercerai karena katanya, “Sudah gak cocok.”

Dina ingin menjerit, ingin membalas, ingin memberi sanksi sosial. Tapi ia takut. Takut pada hukum, takut menyakiti orang tua yang tidak tahu apa-apa dan mengira rumah tangga putrinya sempurna. Mereka bahagia dengan kebohongan yang Dina pertahankan.

Di malam setelah penemuan terakhir itu, Dina masih sempat menyiapkan makan malam untuk suami dan anak-anaknya. Tak ada air mata, hanya dada yang terasa remuk. Malam itu, ia mengirim pesan pada Maya. Jawaban Maya membuatnya semakin yakin: keduanya sudah melakukan hubungan terlarang sejak lama, dan mereka tidak merasa bersalah.


Bagian 5: Di Antara Bertahan dan Melepaskan

Dina tahu, banyak orang mungkin akan menyebutnya bodoh karena tetap bertahan. Tapi siapa yang tahu beban yang ia pikul? Siapa yang tahu bagaimana hati seorang ibu yang ingin anak-anaknya tetap punya sosok ayah? Siapa yang tahu betapa hancurnya hati ketika harus memilih antara kebenaran dan kehancuran keluarganya sendiri?

Ia bertanya kepada Allah setiap malam: Haruskah aku bertahan, atau cukup sudah?

Dina tahu, insting perempuan tak pernah salah. Ia juga tahu bahwa Allah tidak tidur. Tapi hari ini, ia hanya ingin satu hal:

Kekuatan.

Kekuatan untuk tetap berdiri.
Kekuatan untuk membuat keputusan.
Kekuatan untuk menjadi ibu yang utuh walau hatinya telah dipecah belah.


Photo by Marek Studzinski on Unsplash