Posted in

Bayang-Bayang di Subuh Hari

Bayang-Bayang di Subuh Hari
Bayang-Bayang di Subuh Hari

Awalnya semua tampak biasa saja. Ani adalah seorang ibu muda yang tinggal di rumah kecil di gang sempit daerah pinggir kota. Suaminya, Rudi, bekerja sebagai satpam di stasiun kereta. Jadwal kerja Rudi tidak menentu—kadang pulang malam, kadang dua-tiga hari tak pulang karena jaga malam. Ani pun harus banyak mengurus rumah dan anak mereka yang masih kecil.

Namun, ada hal yang membuat cerita ini berbeda dari rumah tangga biasa: Budi.

Budi adalah sepupu suamiku. Otomatis dia juga jadi bagian dari keluargaku. Orangnya pendiam, tapi kalau sudah dekat sama seseorang, bisa hangat sekali. Awalnya aku tak curiga apa-apa, sampai suatu hari suamiku berkata,

“Kamu tau nggak, si Budi deket sama Ani…”

Aku mengerutkan dahi.

“Ani yang mana?”
“Itu, yang suaminya kerja di stasiun. Yang rumahnya cuma tiga rumah dari rumah orang tua Budi…”

Aku langsung terdiam.


Ani, yang semua orang tahu sudah bersuami dan punya anak satu, ternyata menjalin hubungan diam-diam dengan Budi. Hubungan itu bukan cuma sekadar “ngobrol biasa” atau “teman curhat”. Ani sering kirim pesan, telepon tengah malam, bahkan video call saat subuh. Yang paling mengejutkan—dan membuatku merinding—video call itu dilakukan saat suaminya tidur di sebelahnya.


Yang lebih menyedihkan, bibi Ani tahu tentang hubungan itu. Tapi bukannya marah, dia malah… membiarkan. Entah karena tak kuasa, atau pura-pura tak tahu.

Dari cerita suamiku dan ibunya Budi, semua jadi terang. Waktu Budi pulang kampung, si Ani tetap saja menghubungi—seolah tak bisa jauh barang semalam. Jam 12 malam, jam 1, jam 2 subuh, ponsel Budi terus berdering. Dan Ani-lah yang menelepon.


Sikap Ani juga mulai terasa aneh di mataku. Beberapa kali ia terlalu baik pada suamiku—terlalu manis bahkan. Anakku pun sering diberi jajan olehnya. Dalam hati aku mulai khawatir: jangan-jangan, Budi bukan satu-satunya pria yang dia dekati…

Tapi aku sadar, hidup orang lain bukan urusanku. Aku bisa menilai, bisa merasa heran, tapi pada akhirnya… itu hidup mereka.

Meski begitu, rasa khawatir dan resah itu tetap menggantung. Bagaimana mungkin seseorang bisa tega menyakiti pasangannya begitu rupa? Dan lebih dari itu, bagaimana jika suatu hari badai ini menyentuh rumah tanggaku sendiri?


Photo by Nishaan ahmed on Unsplash