Posted in

Bayangan di Balik Cermin

Bayangan di Balik Cermin
Bayangan di Balik Cermin

Bagian 1: Rumah yang Nyaman

Namanya Ayla, ibu dari dua anak, istri dari pria yang dicintainya sejak delapan tahun terakhir. Hidup mereka bisa dibilang sempurna: rumah nyaman, mobil pribadi, tabungan cukup, dan suami yang terlihat ideal—Raka, lelaki religius, pekerja tambang yang bekerja keras di Kalimantan dan pulang setiap tiga bulan sekali. Di Jawa, Ayla menjalankan bisnis kosmetik kecil dengan tiga karyawan. Sementara mengasuh anak-anak, Ayla sering dibantu oleh sahabat lamanya, Nayla, yang belum menikah dan tinggal tak jauh dari rumahnya.

Nayla bukan sahabat biasa. Mereka tumbuh bersama sejak SMA, masuk kuliah bareng, bahkan orang-orang sering mengira mereka adalah saudara kembar. Saat Ayla menikah di usia 29, Nayla tetap ada—setia, mendukung, bahkan kadang mengorbankan waktu liburnya untuk datang bermain dan membantu Ayla mengurus anak-anak. Persahabatan mereka seperti tak tergoyahkan.

Tapi, kenyamanan itu ternyata menipu.


Bagian 2: Curhat yang Salah Arah

Suatu malam, ketika Raka sedang libur dan pulang dari Kalimantan, Nayla datang. Mereka bertiga makan malam bersama, tertawa, berbagi cerita, bahkan sempat merencanakan liburan ke Bali—yang akhirnya batal. Setelah Raka kembali ke Kalimantan, Nayla mulai sering bercerita soal seorang pria. Katanya pria itu baik, sayang anak-anak, pekerja keras, dan sangat nyaman diajak bicara. Ayla senang—akhirnya sahabatnya jatuh cinta. Dengan polos, Ayla bahkan mendukung Nayla sepenuh hati, berharap bisa segera melihat sahabatnya menikah.

Ia tak pernah menyangka bahwa pria yang dimaksud Nayla—adalah Raka.


Bagian 3: Liburan dan Lintasan Gelap

Tiga bulan berlalu. Nayla mengajak Ayla dan kedua anaknya liburan ke Bali. Aneh memang, tapi Ayla menganggapnya sebagai pengganti liburan yang gagal sebelumnya. Mereka juga sempat singgah di Banyuwangi. Ayla tak terlalu memikirkan tempat itu meski kota tersebut dikenal sebagai tempat yang ‘mistis’.

Selama liburan, Nayla sangat perhatian, bahkan seperti keluarga. Tapi Ayla tak sadar, bahwa momen itu menjadi awal kehancuran.


Bagian 4: Botol-Botol yang Mencurigakan

Ketika Raka pulang lagi tiga bulan kemudian, Nayla datang selama tujuh hari berturut-turut. Ia selalu membawa air mineral botol. Ayla mengira itu hanya bentuk perhatian. Tapi setelah itu, Raka berubah drastis—diam, murung, dan dingin. Ia bahkan tak menyentuh Ayla sekalipun. Saat kembali ke Kalimantan, komunikasi mereka nyaris terputus. Ayla bertanya-tanya, tapi tak ingin langsung curiga.

Hingga suatu malam, Ayla bermimpi. Dua kali. Di mimpinya, ia melihat dengan jelas Raka bersama Nayla—dalam hubungan yang tak pantas. Ia mengabaikannya. Tapi rasa tak nyaman terus mengganggu. Sampai akhirnya Ayla membuka akun Instagram lamanya. Di sana, ia melihat story Nayla—di bandara Sultan Aji Muhammad, Balikpapan. Tempat Raka bekerja.

Story itu tak ada di akun utama Ayla—berarti, Ayla telah di-block secara diam-diam.


Bagian 5: Perjalanan ke Kalimantan

Didorong rasa sakit dan firasat yang menguat, Ayla terbang ke Kalimantan, meninggalkan anak-anaknya di rumah mertua. Di sana, ia menemukan bukti tak terbantahkan: Nayla tinggal di kota yang sama dengan Raka, bahkan ngekost tak jauh dari lokasi tambang. Ia tak tahu pasti apa yang sudah terjadi. Tapi doa-doanya semakin kuat, minta agar Allah tunjukkan kebenaran.

Raka akhirnya pulang.

Ayla mengadu ke mertuanya. Reaksi mereka luar biasa marah. Untungnya, keluarga Raka berpihak padanya. Bersama seorang ustadz, mereka melakukan ruqyah dan pengobatan. Air mineral pemberian Nayla—yang dibawa sebagai bukti—berubah warna menjadi hitam pekat dan berbau amis setelah dibacakan doa.

Raka menangis. Ia tak sadar atas semua yang ia lakukan selama beberapa bulan terakhir. Ia mengaku hatinya seperti dikendalikan. Dan itu bukan hanya karena godaan duniawi.


Bagian 6: Janji yang Tak Akan Dicabut

Sejak saat itu, Ayla memutuskan semua hubungan dengan Nayla. Ia bersumpah, tak akan pernah memaafkan wanita yang pernah ia anggap saudara sendiri. Terlalu dalam luka yang ditorehkan. Terlalu busuk niat yang disembunyikan di balik senyum dan perhatian.

Ayla kini berdiri di atas luka, tapi lebih kuat dari sebelumnya.


“Percaya tidak percaya, mimpi itu bisa jadi petunjuk. Jangan remehkan bisikan hati seorang istri. Karena ketika ia sudah diam, maka semua yang terlihat bisa saja bukan kenyataan.”


Photo by Karim MANJRA on Unsplash