Posted in

Fatamorgana di Kampus Malam (Part 2)

Fatamorgana di Kampus Malam
Fatamorgana di Kampus Malam

Part 2: Fatamorgana yang Retak

Waktu terus berjalan. Aku pikir kisah Yasmine sudah selesai di semester-semester awal, tapi ternyata drama hidupnya masih terus berlanjut, bahkan lebih rumit dari sinetron jam prime time.

Beberapa bulan setelah “kematian ayahnya” yang ternyata cuma bagian dari dongeng sore hari, Yasmine terlihat mulai menjauh dari lingkaran pertemanannya yang biasanya tampil bareng di story Instagram. Tak ada lagi foto brunch bareng, liburan bareng, atau selfi di dalam mobil dengan caption berbahasa Inggris setengah matang.

Awalnya aku tak peduli. Tapi suatu malam, saat aku sedang nonton film bareng pacarku saat itu—sebut saja namanya Hasan—di bioskop, dia tiba-tiba curhat.

🥑: “Kamu tahu Yasmine kan? Masak iya semua temenku diblokir, aku juga diblokir. Udah bantuin banyak, malah diputusin komunikasi. Gila sih.”

🥰: “Lho, memangnya ada apa? Cerita dulu dong, kok bisa sampai segitunya?”

🥑: “Motornya sempat dibawa kabur cowok, entah pacarnya atau siapa. Dia panik, minta tolong ke aku. Aku sampe minta bantuan omku yang polisi buat ngelacak. Ketemu tuh motornya di Madiun, sampe ada yang ke sana buat ambil. Tapi ya gitu, abis motornya ketemu, dia malah ngeblok semua yang bantu. Parah banget.”

🥰: “Lho, kenapa bisa sampai motornya dibawa kabur?”

🥑: “Katanya sih awalnya Yasmine mau nyewa villa sama cowok itu, mungkin di Bali atau mana. Nah, cowok itu yang DP-in. Tapi kayaknya cowoknya minta jaminan, terus Yasmine kasih motornya. Habis itu, motornya malah dilarikan. Kita bantuin nyari, eh ujung-ujungnya dia yang marah. Malu kali ya, soalnya sempat diketawain polisi juga. Dibilang cantik-cantik kok bisa ketipu gitu.”

Cerita itu bikin aku penasaran. Beberapa hari setelahnya, aku coba tanya langsung ke salah satu teman Yasmine yang dulu sering banget tampil bareng dia di story. Kita sebut saja namanya Sabrina.

🥰: “Eh, kamu kenapa sekarang kayak udah nggak temenan sama Yasmine?”

🌼: “Waduh, ceritanya panjang, Cik. Intinya, Yasmine itu waktu itu mau ke Bali sama cowok, katanya yang bayarin cowoknya. Tapi karena sama-sama takut ditipu, Yasmine kasih motornya sebagai jaminan. Eh ternyata beneran dibawa kabur. Kita bantuin, ada yang ke Madiun, aku nemenin Yasmine di rumahnya.”

🌼: “Nah pas di rumah itu, aku pinjamin HP karena dia udah jual HP-nya buat nebus motornya. Eh aku lihat WA-nya, ternyata dia chat ibunya, bilang ‘Bapak sama Ibu dari Gresik udah mau pulang’. Tapi pas kita bilang mau ke rumahnya, katanya rumahnya mau dibersihin bibiknya dulu. Padahal jelas-jelas itu orang tuanya, Cik. Masih aja dia pura-pura.”

🌼: “Akhirnya aku sindir di story, dia bales nyindir, terus kita saling blok.”

Aku cuma bisa geleng-geleng. Berawal dari sandiwara kecil, sekarang malah berakhir jadi jurang kecurigaan dan kepalsuan.

Tahun-tahun berlalu. Aku makin jarang berinteraksi dengan mereka karena pindah jurusan, dan pertemananku makin menyempit.

Lalu, di tahun kami semua akan mengambil ijazah, aku posting foto kampus di media sosial. Tak lama kemudian, Yasmine muncul di kolom komentar.

“Eh, mau ambil ijazah syaratnya apa aja ya?”

Percakapan kami sebentar, basa-basi saja. Tapi beberapa minggu setelah itu, Yasmine mengunggah foto seorang bayi lucu bernama Barra.

Bayi itu muncul berkali-kali di story—dengan caption sayang dan emoji penuh cinta. Naluri ingin tahuku muncul lagi. Maka, aku hubungi teman lama yang dulunya cukup dekat dengan Yasmine. Kita sebut saja dia Aurelia.

🥰: “Eh, itu bayi yang sering diunggah Yasmine, anaknya kah?”

🥶: “Kayaknya sih iya, Mba.”

🥰: “Kok kayaknya? Kamu nggak diundang pas nikahannya?”

🥶: “Nggak, tapi aku sama teman gengku ngasih kado. Katanya nikah tahun 2019, resepsiannya di Bandung, Bali, sama Jakarta. Tapi tiap ditanya fotonya mana, jawabannya selalu ‘ada di HP satunya yang rusak’. Masak iya sih, resepsi segede itu nggak ada satu pun foto yang diprint?”

🥥: “Souvenir aja kita nggak dapet. Udah ngasih kado juga. Nyesel.”

Aku cuma bisa menahan tawa yang pahit. Lagi-lagi Yasmine menciptakan cerita hebat, tanpa bukti nyata. Semuanya hanya tinggal asumsi, dongeng tanpa ending yang jelas.

Dan aku? Masih penasaran.

Makanya…
Besok, aku akan kirim pesan langsung ke Yasmine. Iseng-iseng berhadiah.
Karena kalau ini sinetron, kita semua belum lihat episode terakhirnya.

(Bersambung ke Part 3)


Photo by Melissa Askew on Unsplash