Posted in

Fatamorgana di Kampus Malam (Part 3)

Fatamorgana di Kampus Malam
Fatamorgana di Kampus Malam

Part 3: “Semua yang Bersinar Tak Selalu Berlian”

Pagi itu matahari terasa berbeda. Seolah dunia sedang menyiapkan babak baru dari kisah yang belum benar-benar berakhir. Entah mengapa, story Yasmine pagi itu muncul di berandaku—foto si kecil Barra lagi. Tatapan matanya polos, bajunya lucu. Aku merasa ini saat yang tepat untuk mengurai benang kusut satu demi satu.

Aku mulai menyusun kembali kepingan puzzle dari obrolan-obrolan yang dulu terasa mengambang. Kesimpulan sementaraku: Yasmine menikah tahun 2019, dengan seorang pilot. Resepsi? Konon katanya mewah, di tiga kota: Bali, Jakarta, dan Sidoarjo. Hidupnya seperti negeri dongeng. Terbang ke sana ke mari ikut dinas suami. Tapi seperti biasa, semua itu cuma dari cerita sepihak—tanpa satu pun bukti foto, bahkan selembar undangan.

Hari itu dia bilang sedang di Sidoarjo, mau ambil ijazah tapi terburu-buru karena harus ikut suaminya ke Jakarta.

Tanpa ia tahu, aku dan teman dekatnya—sebut saja Vita—sedang tertawa di balik layar. Bukan karena jahat, tapi karena… ya, terbiasa. Kami sangat dekat, meski tak banyak yang tahu. Hubungan kami hanya tampak di WhatsApp, tidak di tongkrongan. Hari itu, Vita sengaja mengajak Yasmine main. Tapi Yasmine mengaku sedang di Jakarta.

Kami saling kirim tangkapan layar. Dan benar saja—kebohongan lagi.

Dari Vita, cerita demi cerita muncul. Salah satunya saat mereka hendak wisuda. Rencana gank mereka: kembaran kebaya. Yang rumahnya di Surabaya jahit di ibu Vita. Yang di Sidoarjo, ke penjahit langganan Yasmine. Saat itu Yasmine mengantar Erna ke penjahitnya. Tapi beberapa bulan kemudian, ketika Erna ingin menjahit baju lagi dan minta nomor penjahit, Yasmine selalu berdalih: “nomornya ilang”, “nanti tak carikan lagi”.

Erna yang terburu-buru akhirnya nekat menyusuri jalanan Sidoarjo, mengandalkan sisa ingatan. Ia masuk ke sebuah gang sempit. Dan siapa sangka, ia benar-benar menemukan rumah sang penjahit. Lebih mengejutkan lagi, si penjahit masih ingat wajah Erna:

“Mbak temannya Mbak Lisa ya? Lisa itu rumahnya deket sini, selisih 5 rumah.”

Erna syok. Nama kampus: Yasmine. Nama kampung: Lisa. Rumah elit yang dulu ia bayangkan… ternyata hanya sebuah rumah sederhana di dalam gang sempit. Tapi demi menjaga pertemanan, Erna pura-pura tidak tahu.

Aku tertawa mendengar cerita itu. Untuk memastikan, aku tanya ke teman Yasmine yang dulu ikut ke rumahnya saat motor dibawa kabur. Dan… ya, benar. Rumahnya memang di gang kecil itu.

Lama-lama kami sadar, kami bukan teman…
Kami adalah penonton setia sinetron Yasmine.

Mulai dari foto di gym dengan kualitas foto super jernih, pakai baju merk KENZO, tapi pas selfie sendiri, fotonya burem—kayak pakai kamera depan hape jadul.

Sampai suatu hari, Yasmine unggah story:

Foto kado mewah. Caption-nya “Terima kasih kadonya ya 🥰”

Berulang kali ia unggah foto itu, seolah-olah kadonya dari orang lain. Tapi ya, tidak ada rahasia yang bisa bertahan lama.

Erna, sang pencari fakta sejati, menemukan jejak belanjaan Yasmine dari beranda Shoe. Dulu, Shoe sering menampilkan riwayat belanja teman. Dan terbukti—kado itu ia beli sendiri. Drama berlanjut.

Beberapa minggu kemudian, foto tangkapan layar mutasi rekening muncul di story Yasmine:

Dana masuk: Rp60.000.000,-

Kami melongo. Tapi tak lama setelah itu, aku menerima pesan darinya:

“Mba, pinjam 1,5 juta bisa ta? Nanti jam 1 siang tak ganti…”

Aku kaget, lalu tertawa. Lupa dia, dulu pernah memfitnahku mencuri uang kas saat aku jadi bendahara kelas. Dan sekarang? Minta tolong?

Dengan jujur (dan sedikit puas), aku balas:

“Nggak mau. Dulu kamu jahat sama aku.”

Balasannya singkat:

“Ya udah, mba.”

Beberapa hari kemudian, ia kirim broadcast:

“Kalau ada WA ngaku-ngaku aku punya utang, abaikan aja ya…”

Aku iseng bertanya:

“Kamu pinjol?”

“Aku baru daftar mba. Belum utang. Tapi nggak jadi. Tapi temenku udah pada diteror semua…”

Setelah itu… hilang. Story-nya menghilang, nomornya tak aktif. Aku? Tertawa geli. Siapalah aku… hanya saksi bisu drama Yasmine.

Tahun-tahun berlalu. Aku menikah. Punya anak.

Tiba-tiba muncul permintaan pertemanan dari Yasmine di Instagram. Aku terima, tapi tidak aku follow back. Tapi ya, namanya juga manusia, aku kepo. Jadi aku buka akun second buat mantau.

Dari akun itu, story-nya tidak ada. Tapi feed masih aktif. Aku abaikan. Sampai suatu hari Vita cerita:

“Eh, story-nya makin aneh lho…”

Aku langsung cek pakai second akun. Ternyata aku di-hide! Hahaha!
Balik ke akun utama… permintaannya dibatalkan. Beberapa hari kemudian… Yasmine follow aku lagi.

Aku follback.
Dan…
DRAMA SEASON BARU AKAN DIMULAI.

(Bersambung ke Part 4)


Photo by Melissa Askew on Unsplash