Posted in

Bangkit dari Kenangan

Bangkit dari Kenangan
Bangkit dari Kenangan

Tahun 2011, dengan penuh kebanggaan, aku melangkah keluar dari SMA. Seragam putih abu-abu itu kini hanya kenangan, dan masa depan terbentang luas di depan mata. Empat tahun kemudian, pada 2015, aku berhasil meraih gelar S1. Rasanya seperti puncak dunia! Namun, hidup tak selalu sejalan dengan ekspektasi. Aku mulai bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe, tempat orang datang dan pergi dengan segelas kopi.

Tak ada yang salah dengan pekerjaan itu. Aku belajar tentang kerendahan hati dan kehangatan pelayanan. Namun, keinginan untuk berkembang mendorongku pindah bekerja di sebuah Event Organizer pada 2017. Dunia yang dinamis, penuh tantangan, tapi juga mengasyikkan.

Lalu, di tengah hiruk-pikuk itu, aku bertemu dengannya. Dia yang kelak menjadi suamiku. Tahun 2018, kami menikah. Rasanya seperti mimpi indah. Bersamanya, aku merasa kuat. Satu tahun berselang, kami memutuskan merintis usaha konveksi di Bandung. Bermodal tekad dan cinta, kami ingin menciptakan sesuatu dari nol.

Namun, 2020 adalah tahun penuh ujian. Usaha kami perlahan merosot, tak seindah rencana. Kurangnya pengalaman membuat bisnis kami limbung. Tapi suami selalu berkata, “Gagal itu biasa, asal kita tetap semangat.” Aku menatapnya dan menguatkan hati.

Sayangnya, semangat itu diuji dengan cobaan yang lebih besar. Pada 2022, Tuhan memanggilnya. Kehilangannya begitu menghantam, seakan sebagian dari diriku hilang bersamanya. Hari-hari berlalu dengan keheningan yang menyakitkan. Namun, aku tahu, dia pasti ingin aku bangkit.

Dua tahun setelah kepergiannya, pada 2024, aku menguatkan tekad. Kembali memulai usaha konveksi yang dulu sempat kami bangun bersama. Kali ini, lebih terencana, lebih matang. Aku tahu ini berat, tapi suaranya yang penuh semangat selalu ada di kepalaku.

Sekarang, 2025, aku masih berjuang. Usaha ini mungkin belum sepesat harapanku, tapi aku tidak akan berhenti. Aku percaya, selama ada tekad dan doa, segala hal baik akan menghampiri. Di tengah perjuangan ini, aku tetap berjalan, dengan kenangan dan kekuatan cinta yang masih hidup dalam setiap langkahku.


Photo by Aline de Nadai on Unsplash