Posted in

Fatamorgana di Kampus Malam (Part 4)

Fatamorgana di Kampus Malam
Fatamorgana di Kampus Malam

Part 4: “Jempol, Seragam, dan Dunia yang Sempit”

Setelah aku follow akun Instagram Yasmine dari akun asliku, aku langsung dikejutkan oleh satu hal yang membuatku melongo—semua highlight story-nya penuh dengan aktivitas liburan luar negeri.

Bukan cuma satu atau dua negara. Tapi berkali-kali. Mulai dari Jepang, Korea, Turki, sampai Paris. Lengkap dengan gaya ala selebgram: coat tebal, koper branded, latar menara Eiffel, dan caption berbau motivasi sukses. Tapi aku, dan tentu saja, suamiku, hanya bisa menghela napas sambil menahan tawa.

Suamiku ikut terseret dalam drama ini. Kami membuka highlight satu per satu. Ia hanya geleng-geleng kepala dan berkata:

“Kok bisaaa… kok bisaaa?”

Dan aku menjawab:

“Liat jempol tangannya beda-beda. Kadang putih banget, kadang gelap. Kadang kukunya panjang, kadang bersih kayak tangan cowok. Hasil nyomot foto orang jelas ini.”

Ya. Jempol. Detail yang sering dilupakan. Tapi bisa jadi saksi kehaluan.

Saking gemasnya, aku seperti cacing kepanasan. Ingin rasanya meneriakkan:

“Yasmin, sadar! Aku tahu semua kebohonganmu!”

Tapi aku tahan. Drama seperti ini lebih nikmat ditonton pelan-pelan.

Tak lama kemudian, kabar baru datang. Yasmine ternyata kuliah S2 sekarang. Dan mengaku sudah cerai. Hahahaha! Cerai dari siapa? Kita semua tahu: dia belum pernah menikah!

Aku mulai kirim screenshot story Yasmine ke teman-temanku. Termasuk ke teman kami dulu yang sempat diblokir. Baru-baru ini, saat Hari Kartini, Yasmine mengunggah foto dirinya dalam kebaya merah dengan caption ala-ala pahlawan wanita. Klasik. Tapi tetap lucu.

Aku sadar, mungkin ini akan menjadi babak terakhir dari serial drama ini. Episode penutup sebelum layar diturunkan.

Karena setelah aku diblokir oleh Yasmine (lagi), teman-temanlah yang justru menjadi mata dan telingaku. Mereka rajin mengirimi screenshot dan kabar terbaru. Aku sendiri mulai menasihati mereka, setengah serius setengah tidak:

“Jangan julid ya… Kita lihat saja, nanti dia nikah sama siapa, anaknya gimana, hidupnya bagaimana…”

Lalu kabar besar muncul:

“Sekarang Yasmine jadi pramugari.”

Aku hampir tersedak.

Tentu saja, profesi ini disesuaikan dengan cerita masa lalunya: menikah dengan pilot, sering ikut terbang ke mana-mana. Tapi seperti biasa, kenyataan tidak mendukung narasi.

Ia mulai mengunggah foto dirinya memakai seragam pramugari.

Tapi… ada masalah besar: beda-beda maskapai!

Hari ini seragam Garuda, minggu depan jadi Lion, bulan depan pakai Batik Air. Bahkan fotonya kadang buram, kadang terlalu HD, kadang terang banget, kadang crop-an parah. Satu-satunya benang merah dari semua foto itu adalah: tidak ada satu pun wajah Yasmine asli.

Kalau dia pakai filter, oke. Tapi ini foto orang lain. Diedit. Diaku milik sendiri.

Kami semua—aku, Vita, Erna—mulai malu sendiri. Seolah kami penonton setia drama, tapi juga bagian dari cast-nya. Gengsi pun tumbuh: “Kok bisa sih aku dulu sempat percaya sama dia?”

Yasmine bahkan unggah foto kado mewah, lengkap dengan caption:

“Terima kasih hadiahnya, sang Capt ❤️”

Caption yang membuat kami ingin facepalm.
“Captain siapa, Yas?”
“Captain Majin Buu kah?”

Tapi semua kepalsuan itu akhirnya terbongkar lewat satu hal yang sering dilupakan:

Dunia ini kecil. Terlalu kecil untuk kebohongan sebesar itu.

Salah satu teman kami, sebut saja Nia, ternyata punya teman sekantor dengan Yasmine. Dan ternyata…

“Yasmine memang kerja di perusahaan itu, tapi dia bukan pramugari.
Dan ya, dia… terkenal bermasalah.”

Drama pun berubah arah. Sekarang bukan hanya urusan kebaya, gym, atau kado palsu. Ini mulai menyentuh reputasi profesional. Tapi seperti biasa, Yasmine tetap… Yasmine.

Dia tidak tahu bahwa dunia ini selebar daun kelor, dan dalam dunia sekecil itu, kebohongan tak bisa sembunyi lama-lama.


Photo by Melissa Askew on Unsplash